sunni-syiah iraq
GEJOLAK di Arab saat ini membuka kedok kekafiran Syiah dan sekte-sekte turunannya.
Ucapan, persekongkolan maupun tindakan Syiah menumpahkan darah ummat Islam Syria, Iran, Iraq dan Mesir tidak mencerminkan sikap saudara seiman.
Klaim Syiah sebagai pencinta Ahlul Bait, kenyataannya dalam praktik bertentangan dengan sunnah Rasulullah.
Tauladan yang dicontohkan Rasulullah adalah sangat pemaaf, tidak menumpahkan setetes darahpun dari para pentolan rezim Quraisy ketika pasukan Rasulullah menaklukan mereka di Mekkah bertolak belakang dengan spirit dendam kesumat Syiah. Padahal disana ada Abu Sofyan penentang paling gigih terhadap dakwah Islam, ada Hindun yang merobek-robek jasad Hamzah kemudian membelah dadanya dan memakan jantungnya.
Ideologi Syiah justru melanggengkan dendam kesumat. Pembantaian keji dalam tragedi Padang Karbala yang dilakukan Yazid bin Muawiyyah kepada cucu Baginda Rasulullah, Sayyidina Hassan dan Hussein RA, dijadikan titik abadi yang menginspirasi balas dendam Syiah terhadap muslim Suni. Yakni Syiah meniru dan mengulang kekejian yang sama yang dilakukan oleh Yazid, untuk dilakukan kepada muslim Suni.
Dalam Syiah, setiap peringatan Asy-Syuro ada tradisi mencambuk diri/melukai diri secara sengaja—suatu perbuatan haram menurut Islam—merupakan suatu proses psikologis yang berguna untuk aktualisasi kesadaran atas kepedihan masa lalu. Di situ akan terlestarikan penghayatan rasa pedih atas apa yang terjadi di padang karbala. Yang pada akhirnya mematok kebencian tanpa kompromi Syiah terhadap Sunni.
Kebencian meliputi ruang lingkup yang luas. Mulai dari kecaman abadi sampai dengan pengkhianatan dan pembunuhan. Kecaman terhadap sahabat-sahabat Rasulullah mencapai tingkat penghancuran karakter. Seperti terhadap Abu Bakar Siddiq yang dinash dalam Al-Quran sebagai seseorang dalam gua yang menemani hijrah Rasulullah ke Madinah, atau Umar bin Khattab seorang pemikir kritis yang beberapa pemikirannya mendahului (sesuai) dengan isi wahyu. Bahkan Siti Aisyah sosok ummul mukminin istri termuda Rasulullah yang dinamis dan cerdas, yang mendapat panggilan kesayangan “al-humairo” dimana di atas pangkuannyalah Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir; dianggap pecundang dalam pandangan Syiah.
Laporkan iklan?
Dan sekarang, Nushairiyah Syria dan Abdul Fatah As-Sisi Mesir membuktikan adanya kebencian itu. Dendam sejarah (dari orang-orang Syiah) dan warisan kebencian karena kedzaliman orang2 dzalim masa lalu.

Baca artikel  selengkapnya di PERISTIWA KARBALA tafhadol
Saya hanya bisa merenungkan ayat Allah di bawah ini :
“Itu adalah ummat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Baqarah 141)
Tentang Yazid bin Muawiyyah, saya merenungkan hadits berikut ini :
“Janganlah kamu mengagumi orang yang terbentang kedua tangannya menumpahkan darah, disisi Allah dia adalah pembunuh yang tidak mati …” (HR Abu Dawud).
“Ka’ab bin Iyadh Ra bertanya, “Ya Rasulullah, apabila seeorang mencintai kaumnya apakah itu termasuk ashobiyah ? Rasulullah menjawab, “Tidak, ashobiyah itu bila seseorag mendukung kaumnya atas suatu kedzaliman.” (HR Ahmad)
Wallahu’alam bishowab. []
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: